Kamis, 09 Januari 2014

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi antara otak dan otot nya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar yang member kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi itu.

Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis kelas rendah.

B.     Karakteristik Siswa Kelas Rendah
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

C.    Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah mencakup:
1.    Perkembangan Bahasa Anak
Anak mengenal bahasa ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat mengucapkan kata namun mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa (Eimas dalam Zuhdi dan Budiarsih, 1996/1997:4). Setelah satu tahun bayi sudah dapat mengoceh, bermain dengan bunyi yang sering disebut perkembangan pralinguistik.  Bruner maupun Piaget mengatakan bahwa anak mengalami perkembangan bahasa. Terdapat tiga fase perkembangan bahasa yaitu perkembangan enaktif (periode melakukan tindakan dan pekerjaan), fase ekonik (perkembangan khayalan 1-4 tahun) dan fase simbolik (anak menggunakan simbol bahasa). Selanjutnya perkembangan prakmatik (penggunakan bahasa) pada anak sekolah.


2.    Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan
Pembelajaran keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak dapat saling dipisahkan. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif karena pembaca akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman baru.
3.    Pembelajaran Sastra
Karya sastra memenuhi berbagai kebutuhan (rohani dan menanamkan nilai-nilai kepada anak didik. Melalui karya sastra anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka, seperti cerita yang melukiskan seorang anak yang sering menolong sehingga disayangi guru dan teman-temannya. Selain itu dengan karya sastra dapat membangkitkan rasa ingin tahu mereka, menjadikan pengalaman lebih bermakna karena sebelum ke kebun binatang anak-anak disarankan membaca buku tentang binatang atau ceritanya.
4.    Pembelajaran Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa  antara aspek keterampilan tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek tersebut dapat dipadukan.
5.    Evaluasi Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi atau penilaian merupakan alat ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat berbentuk tes dan nontes.
Evaluasi pembeljaran membaca permulaan mencakup butir-butir : ketepatan menyuarakan kalimat, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman makna atau isi bacaan.
Evaluasi pembelajaran menulis permulaan, yang menjadi tujuan adalah menulis kata dan kalimat sederhana, menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana dan menceritakan dan menulis benda-benda yang dikenal di sekitar dengan kalimat sederhana.



D.    Macam-macam Metode Pembelajaran di Kelas Rendah
Macam-macam metode pembelajaran di kelas rendah menurut Mackey sebagai berikut:

1.      Metode Eja
Metode eja memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku ) contoh, ambillah kata’’

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.

2.      Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Misalnya :

ba – bi              cu – ci              da – da            ka – ki
ba – bu             ca – ci              du – da                        ku – ku
bi – bi              ci – ca              da – du                        ka – ku
ba – ca             ka – ca             du – ka                        ku – da

Perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata. Kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.

3.      Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh :

·         Memperkenalkan gambar dan kalimat
·         Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
·         Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
i n i                m a m a
i -ni                ma - ma
i – n – i                      m - a – m - a

4.      Metode Structural Analisis Sintesis(SAS)
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika strukturnya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
1.    Kalimat menjadi kata-kata
2.    Kata menjadi suku-suku kata
3.    Suku kata menjadi huruf-huruf

E.     Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah
Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia:
1.    Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
2.    Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.

3.    Teknik Diskusi Kelompok
     Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.

4.    Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5.    Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6.    Teknik Karya Wisata
     Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
7.    Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan seni.
     
Kelebihan teknik ini antara lain:
a.    Strategi ini bermanfaaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tenang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
b.   Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
c.    Strategi ini dapat mengmbangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
d.   Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
e.    Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.

Daftar pustaka :