BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran
adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat muncul
dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi
antara otak dan otot nya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan
aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti
melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan
pengalaman belajar yang member kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi
itu.
Pembelajaran
bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak,
pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran
terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis
kelas rendah.
B. Karakteristik
Siswa Kelas Rendah
Tingkatan
kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas
tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan
kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992:
44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12
tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9
tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia
dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Tahapan
perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar
memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Konkrit
Konkrit
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2. Integratif
Pada
tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu
keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu,
hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke
bagian demi bagian.
3. Hierarkis
Pada
tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai
dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar
materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
C.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas Rendah mencakup:
1. Perkembangan
Bahasa Anak
Anak mengenal bahasa ketika berumur
kurang dari setahun. Anak belum dapat mengucapkan kata namun mereka dapat
membedakan ucapan orang dewasa (Eimas dalam Zuhdi dan Budiarsih, 1996/1997:4).
Setelah satu tahun bayi sudah dapat mengoceh, bermain dengan bunyi yang sering
disebut perkembangan pralinguistik. Bruner maupun Piaget mengatakan bahwa anak
mengalami perkembangan bahasa. Terdapat tiga fase perkembangan bahasa yaitu
perkembangan enaktif (periode melakukan tindakan dan pekerjaan), fase ekonik
(perkembangan khayalan 1-4 tahun) dan fase simbolik (anak menggunakan simbol
bahasa). Selanjutnya perkembangan prakmatik (penggunakan bahasa) pada anak
sekolah.
2. Pembelajaran
Membaca dan Menulis Permulaan
Pembelajaran keterampilan berbahasa yang
mencakup empat aspek, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak dapat
saling dipisahkan. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang
bersifat reseptif karena pembaca akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan
dan pengalaman baru.
3. Pembelajaran
Sastra
Karya sastra memenuhi berbagai kebutuhan
(rohani dan menanamkan nilai-nilai kepada anak didik. Melalui karya sastra anak
dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka, seperti cerita yang melukiskan
seorang anak yang sering menolong sehingga disayangi guru dan teman-temannya.
Selain itu dengan karya sastra dapat membangkitkan rasa ingin tahu mereka,
menjadikan pengalaman lebih bermakna karena sebelum ke kebun binatang anak-anak
disarankan membaca buku tentang binatang atau ceritanya.
4. Pembelajaran
Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran terpadu merupakan
pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa. Dalam
pembelajaran keterampilan berbahasa
antara aspek keterampilan tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek
tersebut dapat dipadukan.
5. Evaluasi
Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi
atau penilaian merupakan alat ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat berbentuk
tes dan nontes.
Evaluasi
pembeljaran membaca permulaan mencakup butir-butir : ketepatan menyuarakan
kalimat, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan
pemahaman makna atau isi bacaan.
Evaluasi
pembelajaran menulis permulaan, yang menjadi tujuan adalah menulis kata dan
kalimat sederhana, menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana dan
menceritakan dan menulis benda-benda yang dikenal di sekitar dengan kalimat
sederhana.
D.
Macam-macam
Metode Pembelajaran di Kelas Rendah
Macam-macam
metode pembelajaran di kelas rendah menurut Mackey sebagai berikut:
1.
Metode Eja
Metode eja memperkenalkan
huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan sesuai dengan
bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan
seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan
ini diikuti dengan →latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c, d, dan
seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para
murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan
beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku ) contoh, ambillah kata’’
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata,
dan kata menjadi kalimat.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid
mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan
dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.
2.
Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu,
ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya.
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Misalnya :
ba – bi cu – ci da – da ka
– ki
ba – bu ca – ci du – da ku
– ku
bi – bi ci – ca da – du ka
– ku
ba – ca ka – ca du – ka ku
– da
Perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana,
kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian
bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari
kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata. Kemudian dilahirkan
istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.
3.
Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang
disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut
dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah
berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global
tanpa gambar. Sebagai contoh :
·
Memperkenalkan
gambar dan kalimat
·
Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
·
Kata menjadi
huruf-huruf
Ini mama
i n i m a m a
i -ni ma - ma
i – n – i m - a – m - a
4.
Metode Structural Analisis Sintesis(SAS)
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan
dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur
yang memberi makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk
membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika strukturnya
kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah
struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu
sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh
nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode
SAS meliputi :
1. Kalimat menjadi kata-kata
2. Kata menjadi suku-suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
E. Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah
Berikut
sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa
Indonesia:
1.
Teknik Ceramah
Pelaksanaan
teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau
informasi tentang ilmu pengetahuan.
2. Teknik Tanya
Jawab
Teknik tanya
jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca, berbicara
dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada
guru.
3.
Teknik Diskusi Kelompok
Teknik
ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama
dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa
lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4.
Teknik Pemberian Tugas
Teknik
ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki
keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti
membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5.
Teknik Bermain Peran
Teknik
ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam
hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri
sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter,
pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai
jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6.
Teknik Karya Wisata
Teknik
ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran
atau tempat karya wisata lainnya.
7.
Teknik Sinektik
Strategi
pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau
masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif
dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam,
teknologi, bahasa dan seni.
Kelebihan teknik ini antara lain:
a. Strategi ini
bermanfaaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tenang sesuatu
masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
b. Strategi ini
bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi
pada diri siswa tentang materi baru.
c. Strategi ini
dapat mengmbangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
d. Strategi ini
dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara
siswa.
e. Strategi ini
membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.
Daftar pustaka :